15 Januari 2008

"POETRY BATTLE" HIP HOP JAPEMETHE


REFERENSI saya dari Jakarta, begitu kaki ini menginjak Tanah Perdikan Jogjakarta, segera cari CD “POETRY BATTLE”! CD yang berisi barisan rapper-rapper muda Jogja, ada nama Kill The DJ A.K.A Mohamad Marzuki—si anak petani dan guru agama dari Prambanan—ini anak desa diperbatasan Jogja-Klaten, ternyata ia mempunyai kesibukan yang sangat modern :-p seperti; founder Parkinsound: Elektronic Music festival, Jogja Hip-Hop Foundation, United of Nothing, & aktif di dunia Performance Art: “Jauhkan Aku dari Seni Yang Cerdas”. Dan ada lagi nama ROTRA, yang pasti anak-anak muda medio 90-an kenal nama G-TRIBE (Anto ‘Gantas’ & Iqbal) yang ngerep dengan bahasa Jawa “Melu Menek Jambe” & “Jogo Parkiran”. Dan ROTRA adalah proyek Anto ‘Gantas’ & Lukman ‘Rajapati’.

CD yang berisi 10 kata-kata cepat ini diambil dari karya-karya puisi-puisi tradisional sampai ke puisi kontemporer; Serat Centhini, Gatholoco, dan Serat Jayabaya (abad ke-17 dan ke-18), Chairil Anwar, Sindhunata, Sitok Srengenge, Afrizal Malna, Saut Situmorang, dan Acep Zam Zam Noor.

Ini saya kutipkan kata-kata sakti yang sangat layak diresapi kita bersama, dari Yayasan Berkata-Kata Cepat yang menjadi salah satu pengantar di CD “POETRY BATTLE” :
Di Jogja Hip-Hop Foundation, hampir setiap crew memiliki komposisi rap dalam bahasa Jawa. Selebihnya campuran antara Inggris-Indonesia-Jawa. Kami tidak tahu, apakah ini sebuah anugrah atau justru representasi atas ke-udik-an, ketika melihat seorang anak muda berumur 20 tahunan memilih bahasa Jawa sebagai bahasa ungkapan dalam sebuah medium ekspresi yang trendy? Yang pasti ini bukan semangat revitalisasi bahasa tradisional, kita bukan generasi yang memikul beban itu, juga tidak sedang memperjuangkan apa pun atau sedang melawan apa pun. Bukan tentang underground dan major, bukan tentang kapitalis atau umpatan khas rap yang ‘fuck the system’ itu, lebih pada bahwa hip-hop adalah kejujuran: apa bahasa ungkap yang paling akrab di mulut kamu. Seberapa keren kamu berusaha belajar bahasa Inggris, kemudian kamu belajar nge-rap sebagai epigom atas Eminem, tetap saja dari dialeg dan aksen kamu akan kelihatan dari mana kamu berasal. Dalam estetika rap, aksen unik adalah nilai lebih, kamu tidak perlu menutup-nutupi hal itu dengan berusaha menjadi orang lain.

Mencari dan mendapatkan CD ini, wujud apresiasi saya dalam memenuhi kepuasan, kenikmatan, dan kebanggaan sebagai cah Jogja yang belum memberikan apa-apa atas kejogjaannya. Dalem nyuwon sewu…


Tidak ada komentar: